There is a lapture on the lonely shore
There is society, where no intrudes
By the deep sea, and music in its roar
I love not a man less, but nature more
~lord byron
Laut memancarkan kilau, sinarnya menembus ruang dimana aku kini berdiri mematung, mengintip dari celah jendela terbuka. Indah, tak ada kata lain untuk sebuah panorama pagi yang bercengkrama diantara deburan ombak yang memburu. Lalu mentari mengintip malu-malu di balik batu cadas nan angkuh diujung lautan. Aku pun tersenyum, ada bahagia yang tak terlukiskan kuraskan. Ini seperti rasa yang yang dirasakan seorang Cristoper dalam In to the Wild, aku pun merasakannya. Alam memang punya cara yang khas untuk menawarkan kebebasan dan impian.
Laut dan langit
Biru
Suatu warna terarah bagi dunia*)
Seperti sunyi, biru selalu ada di setiap pagi. Mengerling genit seakan ingin menari. Tak seperti kenangan pahit dan kadang menggigit namun menuangkan rasa bernama rindu. Tentang warna, tentang rasa, tentang dia, tentang kamu biru.
“Hei jangan memandangiku seperti itu!” aku masih saja ingin mengingat caramu tersenyum, jujur aku terpaku.
Bahkan lebih dari itu. Pada sebentuk pelangi bernama mimpi, aku merajut harap padamu.
“Ok! Apa maumu Ray!” mungkin saat itu kau menganggap aku adalah orang gila yang tak sengaja diterima di perusahaan kita bekerja. Namun, aku lebih tak peduli lagi akan apa yang kau pikirkan
“Hei, kau pernah merasa rindu? Seperti inikah rasanya. Hanya termenung di balik jendela kamar. Memandangi langit dan rintik dengan perasaan gundah. Lalu menerawang tak tentu arah. Seperti inikah perasaan yang membuat orang tak bisa tidur nyenyak, bahkan bernafas pun tak tenang.” Saat itu kau tampak kebingungan.
“Ray!”
“Biru!”
Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan kontras, seperti dasar warna lukisan Affandi bukan Leonardo Davinci **)
Kau tahu biru. Warnamu berpendar membentuk sebuah pelangi tepat di ruang kosong hatiku yang hampir tak terjamah. Namun kau selalu tak mau tahu, bahkan melemparkan asaku perlahan namun pasti.
“Ada yang lebih baik dari ku Ray! Kau pasti bisa tanpaku!”
……. Aku menghela nafas……
…….. sakitnya
……. Tak terdefinisikan
Dingin pagi ini, dengan sunyi tanpa alasan ingin bersamaku. Susu cokelat hangat memaksa, terlintas hati utuk kembali. Suatu ruang kerja yang selalu kucinta.*)
Biru masih memancarkan warna yang sama. Aku masih mencintaimu dengan cara yang sama. Dengan caraku.
Ketika cintamu mati nanti, terkubur bersama hatimu yang basi, ingatlah terus bahwa cintaku tetap menari tepat di ulu hati **)
Keterangan
*) kutipan Puisi “Biru” M.F Riphat
**) kutipan Puisi “Puisi Cinta Belaka” M.F Riphat
~Chika Rei
Penanti Hujan Perindu Pelangi
Biru itu...
BalasHapusBetapa q mencintaimu,,
betapa q merindukanmu,,
dan betapa q selalu ingin bersamamu...
dan selalu dgn makhluk yang sama Dirimu....iya dirimu...
hehehehe...Nice..q suka tulisanmu..
hehhee....
Hapusmakasih kak sudh mengapresiasi ;)
hmmm,, dik chika,,,, ku kira siapa tadi,, huaaah,, ini ya rumah baru nya,, hmmm,, kereen!!!
BalasHapushuft,,, kata2 di atas keren buangeet,, aku sampai tak mampu berkata2,, memang dik chika mantaf bener dah soal ini,, oh ya,, aku juga lagu pengiring di blog ini,, semangaat!! selalu menjadi pelangi setelah hujan,, :)
iyah mba nyanyu, rumah lama nggak bisa diakses :(
Hapusduh jangan dipuji, kalo dipuji malah minta nambah es krim :D
iyah chika jg suka lagu ini..bangett
salut sama orang2 yang mampu bikin cerita dengan banyak kata2 puitis di dalamnya... ^^
BalasHapuskamu juga bisa a kok noel ;)
Hapusmakasih yah ;)
wah ini chikarei toh. lama sekali gak nongol. blognya keren banget nih.
BalasHapusiya mba fanny, karena blog chika kena musibah, jadi untuk sementara pindah rumah baru dlu...
HapusWah mba chika ganti blog ya.
BalasHapusiya rizal, blog lama kena musibah :D
Hapusaku suka warna biru
BalasHapustapi entahlah kurang suka laut
panas...
hehe chika suka laut kok, tapi sukanya laut saat senja :)
Hapushmm Chikarei toh..
BalasHapusIya nih udah lama ga lihat dan ga nongol..
Kereen blognya..
Tulisannya berasa banget ke hatiku..
seolah aku yang menulis uni Hiks..
hehe iyah, gx lama nongol karena blog lama kena musibah
Hapusmakasih^^
Biru itu memang menghadirkan ketenangan. Setenang deburan ombak di pantai yang tidak terganggu oleh tsunami kali ya :)
BalasHapusyup, menyejukkan :)
Hapuscinta itu hanya :(
BalasHapusbukan hanya :(
Hapustapi juga :)
Hmm... sedang meraba-raba.. bagaimana sih cinta yang menari di ulu hati itu... Berarti kalo lagi putus cinta, mungkin rasanya akan seperti sakit maag ya... :D
BalasHapushhaaa mungkin iy mungkin nggak :D
Hapustapi sakit karena putus cinta itu tak terdefenisikan :D
puitis bangettttt, saya sebenarnya dulu ingin menjadi seorang pujangga tapi karena gak punya bakan dari bpk dan ibu saya hanya jadi pecentanya deh wkekekeke
BalasHapushehehe ini gx puitis kok :D
Hapushanya terbiasa membuat cerita dengn model kata seperti ini
puitis banget mba. bagus. salam kenal ya :)
BalasHapushehehee makasih ya lia ;)
Hapussalam kenal juga
lha.. chikarei..?
BalasHapussepertinya termasuk orang lama dalam blogger nih.. :D
iyaa chikarei :D
Hapusorang lama???
iya gx ya :D
yg jelas sekarang saya newbie :p
aku banget
BalasHapusgejolak jiwa yang tak pernah hilang
memaksaku untuk melompat
dari hari ini kembali menuju masa lalu
masa dimana hati sedang mencari dan menanti
suka banget*